Awal mula nama tersebut muncul dengan sambutan yang luar biasa. Maksud awal sangat mulia, sebab ide kantin kejujuran dari lembaga pendidikan, yaitu sekolah. Bahkan ada lembaga yang memberikan reward sampai bantuan. Namun, seiring perjalan waktu, nama “kantin kejujuran” semakin tidak terdengar. Bahkan hampir tak terdengar. Berbagai kantin kejujuran yang ada justru mengalami nasib memprihatinkan, yaitu kebangkrutan. Penyebabnya justru karena ketidakjujuran dari para pembeli ataupun para pengelola kantin.
Tragis, memprihatinkan, justru di lembaga pendidikan ketidakjujuran yang semula diharapkan berdampak lebih besar malah ikut hilang. Kita bayangkan seandainya di Ibukota, Jakarta ada 1000 kantin kejujuran, lalu di setiap kantin kejujuran ada pembeli 100 orang, maka dapat diasumsikan akan ada 100.000 orang yang berperilaku jujur dalam setiap transaksi yang ia lakukan. Kemudian dikalikan 20 hari kerja, maka akan ada 200.000 orang yang berperilaku jujur dalam bertransaksi/berdagang. Jika hal ini berlanjut pada tataran yang lebih luas dan jauh, maka dampaknya tentu luar biasa buat bangsa dan negara.
Namun, sebaliknya jika ternyata kemudian kantin kejujuran mengalami kebangkrutan karena ketidakjujuran pembeli ataupun pengelolanya, maka hal sebaliknya yang akan terjadi…..Mudah-mudahan para pemegang kebijakan bisa memberikan solusi untuk kemajuan anak-anak di negeri ini. Salam kejujuran
Leave a Reply